Pentingkah Pertumbuhan Ekonomi Itu?

Wijayanto Samirin

Menilai sukses pembangunan bukanlah suatu yang mudah. Selain ada begitu banyak parameter yang bisa digunakan, penilain kinerja pembangunan selalu bernuansa politik. Politik mempunyai definisi sendiri tentang banyak hal, termasuk tentang kebenaran, dan dalam ranah politik, kebenaran mempunyai banyak versi. Sering data statistik dipilih-pilih untuk membenarkan klaim menegenai kesuksesan, atau sebaliknya untuk menafikan kinerja cemerlang. Tidak salah jika Mark Twain mengatakan, “There are lies, damned lies, and statistics.”

Dalam konteks Produk Domestik Bruto atau GDP dan Indonesia, sering ditonjolkan tingkat pertumbuhan dan ukuran sebagai parameter sukses. Pertanyaannya, apakah benar dua angka itu begitu penting sehingga berhak mendapatkan perhatian utama? Jawabannya: tergantung bagaimana kita memandangnya.

Indonesia dengan GDP hamper USD 900 miliar merupakan ekonomi terbesar ke-16 di dunia. Negara tetangga kita Thailand, misalnya memunyai ukuran ekonomi USD 365 miliar, berada jauh di bawah kita. Tetapi mengingat Indonesia mempunyai 250 juta penduduk, sedangkan penduduk Thailand hanya sekitar seperempat penduduk Indonesia, maka GDP per kapita Thailand satu setengah kali lebih besar dari GDP per kapita Indonesia. Pertanyaannya, mana yang lebih relevan untuk menunjukkan kesuksesan? Ukuran kue secara keseluruhan atau ukuran kue per penduduk?

Isu pertumbuhan ekonomu juga menarik untuk diulas. Dalam beberapa tahun terakhir, GDP per kapita Indonesia tumbuh medekati 6 persen per tahun, sedangkan negara-negara maju jauh lebih rendah. Amerika Serikat misalnya, hanya tumbuh sekitar 2 persen saja. Pertumbuhan di Indonesia tinggi, tetapi dengan basis GDP per kapitanya rendah, sedangkan Amerika Serikat mempunyai pertumbuhan rendah dengan basis yang tinggi. Mana yang lebih baik?

Sekilas jika kita berbicara tingkat pertumbuhan saja, tentu Indonesia lebih unggul. Tetapi sesungguhnya ukuran kue ekonomi yang dinikmati tiap rakyat Amerika meningkat sekitar USD 1.060 dalam satu tahun, sedangkan untuk Indonesia sekitar USD 210. Walaupun tumbuh lebih cepat, sebenarnya kita sedang semakin tertinggal. Secara relatif kita tumbuh lebih baik, tetapi tidak secara absolut.

Faktor penyebab pertumbuhan perlu juga dipertimbangkan. Apalah peningkatan kue ekonomi berasal dari proses produktif dengan mengubah satu produk ke produk lain yang bernilai lebih tinggi, atau hanya sekedar memindahkan produk dari satu tempat ke tempat lain sehingga dapat diakses oleh konsumen saja? Mana yang lebih baik dari sisi kontribusi ekonomi: mereka yang membuat bahan mentah menjadi mobil dan elektronik bernilai tinggi, atau mereka yang memindahkan gas dari perut bumi ke permukaan sehingga bisa dikonsumsi?

Dalam kasus yang pertama, terjadi proses penciptaan ole para industrialis dan entrepreneur, sedangkan pada kasus kedua ang terjadi hanya proses memindahkan atau mengangkut saja. Yang pertama membutuhkan modal dan sumber daya manusia berkualitas, sedangkan yang kedua hanya memerlukan modal. Apakah GDP Qatar yang hamper seluruh ekonominya bersumber dari gas dan Korea Selatan yang hampir seluruhnya diperoleh dari proses peningkatan nilai tambah mempunyai makna yang sama? Tentu saya tidak.

Artikel ini merupakan bagian dari Buku karya Wijayanto Samirin, managing director PPPI, berujudul Bridging the Gap (2014)

Sumber gambar



Leave a Reply