01 September 2020
PANDEMI covid-19 masih belum selesai. Ketika artikel ini ditulis, Kota Bogor, Jawa Barat, tempat saya tinggal, hampir seluruh wilayah merupakan zona merah, lebih luas daripada beberapa waktu sebelumnya. Di sejumlah kota dan negara di dunia yang sudah pernah mereda, virus ini menunjukkan peningkatan sebarannya lagi.
Sebelum vaksin dan obat dapat diberikan kepada masyarakat, satu-satunya cara ampuh melawan virus ini ialah perilaku masyarakat. Perilaku itu berupa taat protokol pencegahan penyebaran covid-19. Oleh karena itu, naik-turunnya penyebaran virus ini sangat terkait dengan hal tersebut.
Salah satu persoalan besar dalam memastikan munculnya perilaku masyarakat yang benar dalam melawan covid-19 hari ini ialah beredar luasnya berbagai rumor atau hoaks yang kontra produktif terhadap upaya-upaya menghentikan penyebaran virus ini. Rumor, dari yang lokal (terkait kebijakan pemerintah setempat, dll) sampai yang global (terkait konspirasi fantastis penguasaan dunia, dll), bersirkulasi dengan kecepatan tinggi menembus batas ruang dan batas sosial melalui internet.
Akibat rumor seperti ini bisa fatal bagi kesehatan masyarakat karena membuat mereka mempertanyakan, bahkan menolak, upaya-upaya testing, contact tracing, dan isolasi yang sangat diperlukan untuk menahan penyebaran virus. Untuk bisa menghentikan rumor, kita perlu memahami mengapa rumor muncul dan apa fungsi psikologis dan sosialnya.
Fungsi rumor
Barangkali mengejutkan bagi banyak orang, rumor memiliki fungsi sosiopsikologis yang penting. Studistudi psikologi sosial menunjukkan bahwa rumor menjamur ketika masyarakat diliputi kecemasan karena menghadapi situasi yang sangat penting atau genting dan penuh ketidakpastian. Bertolak belakang dengan asumsi umum, bukan karena rumor masyarakat menjadi cemas, tetapi karena masyarakat cemas, rumor bermunculan, menyebar, dan bertahan lama.
Dalam kondisi sosial yang genting dan penuh ketidakpastian, rumor memberikan penjelasan, terlepas apakah penjelasan ini berdasarkan bukti atau tidak. Karena itu, rumor selalu memiliki relevansi dengan situasi dan keprihatinan masyarakat; dan hanya bila isinya relevanlah rumor dapat menyebar.
Selanjutnya, rumor berkembang karena adanya kepercayaan terhadap isinya. Orang tidak akan memulai atau meneruskan informasi bila mereka tidak percaya juga isi informasi tersebut, sekecil apa pun kepercayaan itu. Karena itu, rumor sering kali memiliki setitik elemen faktual, walaupun secara keseluruhan pesannya tidak benar.
Dalam ketidakpastian dan kecemasan orang cenderung tidak akan meneliti kemungkinan kebenaran suatu informasi.
Menarik untuk dicatat, orang biasanya meneruskan rumor kepada anggota keluarga, teman, dan kerabat oleh karena alasan untuk berbagi informasi demi kebaikan (alasan altruis), bukan untuk menjerumuskan.
Pada gilirannya, ketidakpastian melahirkan kecemasan, suatu keadaan emosi yang diwarnai oleh antisipasi peristiwa atau situasi mendatang yang mengecewakan, tidak sesuai harapan, atau membahayakan.
Dalam suasana yang dirasakan tidak pasti, berbahaya, dan mengancam, rumor membantu dalam memberikan pemahaman dan mempertimbangkan risiko, serta mengekspresikan kecemasan.
Karena inilah pakar seperti Fine (sosiolog) dan Difonzo (psikolog sosial) menyebut rumor sebagai ‘hipotesis-hipotesis masyarakat (folk hypotheses) yang berfungsi untuk menjelaskan keprihatinan bersama dan me-manage ancaman-ancaman bersama” (Fine dan Difonzo, 2011. Context, Vol 10, No 3, pp 16–21).
Terdapat hubungan antara ketidakpastian dan kecemasan di satu sisi dan rumor di sisi yang lain. Ketidakpastian memunculkan kecemasan yang kemudian memicu munculnya rumor, ketika banyaknya rumor semakin menambah ketidakpastian dan meningkatkan kecemasan. Semakin tinggi tingkat ketidakpastian dan kecemasan masyarakat, semakin banyak pula rumor bermunculan; semakin banyak rumor, semakin tinggi ketidak pastian dan kecemasan. Demikianlah lingkaran penyebaran rumor tercipta.
Memutus lingkaran rumor
Pandemi covid-19 telah menimbulkan disrupsi besar dalam semua sektor kehidupan. Di Indonesia kita menyaksikan betapa dalam waktu singkat masyarakat luas kehilangan penghasilan, harus mengurung diri di rumah, toko-toko tutup, barang-barang kebutuhan sehari-hari langka, sekolah dan rumah ibadah tutup. Bahkan, memeluk dan mencium tangan orang tua tak dianjurkan. Lebih dari itu semua, tidak ada yang tahu kapan semua ini akan berakhir.
Di negara dengan penetrasi internet yang tinggi seperti Indonesia, hanya dalam waktu sehari rumor dapat menjangkau seluruh pelosok negeri. Karena itu, internet biasanya yang disalahkan untuk banyaknya rumor yang beredar. Internet, dan media sosial khususnya, memang mengamplifi kasi penyebaran rumor, tetapi ia bukan penyebab kemunculannya.
Membatasi penyebaran melalui internet atau media sosial akan mengurangi laju penyebaran, namun tidak akan menghentikan munculnya rumor.
Belajar dari sejarah dan studistudi psikologi, lingkaran rumor dapat diputus bila tersedia informasi yang benar, jelas, relevan, konsisten, otoritatif; pendeknya informasi yang kredibel. Informasi kredibel juga memutus lingkaran dan hubungan timbal balik antara ketidakpastian dan kecemasan di satu sisi dan rumor di sisi yang lain. Informasi yang kredibel memberi kepastian dan mengoreksi rumor; sehingga rumor berkurang. Dengan berkurangnya rumor, maka kecemasan berkurang; dan berkurangnya kecemasan selanjutnya akan mengurangi rumor.
Berkurangnya rumor juga mengurangi ketidakpastian, yang selanjutnya menurunkan kecemasan. Demikianlah, lingkaran rumor dapat diputus.
Peran pemerintah
Rumor di seputar covid-19 sangat menghambat upaya melawan penyebaran virus ini. Mendiamkan rumor dan mengharapkannya akan reda dengan sendirinya juga bukan kebijakan yang baik. Bahkan, menurut Nicholas DiFonzo, psikolog sosial yang banyak meneliti dan menulis tentang rumor, salah satu kesalahan terbesar dalam menghadapi rumor adalah mengambil kebijakan no comment karena itu hanya akan menambah ketidakpastian yang menjadi sumber munculnya rumor.
Pemerintah harus aktif mengoreksi rumor-rumor seperti ini dengan informasi yang kredibel; informasi yang benar, jelas, relevan, konsisten, dan otoritatif. Informasi yang kredibel ibarat cahaya dari mercusuar bagi para pelaut pada malam hari. Cahayanya yang kuat mengalahkan kerlap-kerlip cahaya lainnya dalam menunjukkan arah pantai.
Karena banyak informasi bertebaran dan bisa saling bertentangan, bukan kepastian yang didapat, tapi kebingungan. Di sinilah peran pemerintah di semua tingkat ibarat mercusuar. Ia memancarkan informasi yang kredibel yang mampu mengalahkan rumor-rumor yang bertebaran.
Berbagai cara untuk ‘menjadi mercusuar’ ini bisa dipikirkan. Dari briefi ng setiap hari yang juga menjawab ‘rumor hari ini’ (tidak hanya mengumumkan kasus) sampai dengan membuat laman khusus menjawab rumor-rumor yang beredar (semacam coronavirus rumor control yang dikembangkan oleh WHO dan berbagai institusi lain di dunia). Berbagai kanal informasi pemerintah dan swasta juga dapat dilibatkan. Namun, yang pasti adalah bahwa upaya menjawab rumor ini perlu menjadi bagian dari sistem penanggulangan covid-19 untuk memastikan hadirnya informasi kredibel. (*)
Artikel ini pertama kali terbit dalam rubrik Opini di Harian Media Indonesia 01 September 2020.