- April 6, 2015
- Posted by: Admin PPPI
- Category: Economy, Headlines, Investment
Selain faktor-faktor seperti tingkat suku bunga dan inflasi, nilai tukar mata uang merupakan salah satu faktor penentu yang paling penting dari tingkat kesehatan ekonomi suatu negara. Nilai tukar memainkan peran penting dalam perdagangan tingkat negara, yang merupakan factor yang sangat penting dalam ekonomi pasar bebas di dunia. Karena itu, nilai tukar menjadi ukuran ekonomi yang paling diperhatikan, dianalisis dan dimanipulasi secara kebijakan. Namun nilai tukar juga punya dampak pada skala yang lebih kecil juga yakni mempengaruhi pengembalian riil dari investasi para investor. Berikut adalah pembahasan mengenai beberapa kekuatan utama di balik pergerakan nilai tukar.
Ikhtisar
Sebelum kita melihat kekuatan-kekuatan ini, kita harus membuat sketsa bagaimana pergerakan nilai tukar mempengaruhi hubungan perdagangan suatu negara dengan negara lain. Mata uang yang lebih tinggi membuat ekspor suatu negara lebih mahal dan impor lebih murah di pasar luar negeri; mata uang yang lebih rendah membuat ekspor suatu negara yang lebih murah dan impornya lebih mahal di pasar luar negeri. Nilai tukar yang lebih tinggi dapat diharapkan untuk menurunkan keseimbangan perdagangan negara, sementara nilai tukar yang lebih rendah akan meningkatkannya.
Penentu Nilai Tukar
Banyak faktor yang menentukan nilai tukar, dan semua yang berhubungan dengan perdagangan antar-negara. Ingat, nilai tukar bersifat relatif, dan dibaca sebagai perbandingan mata uang dari dua negara. Berikut ini adalah beberapa faktor penentu utama nilai tukar mata uang antara dua negara. Perhatikan bahwa faktor-faktor ini tidak dalam urutan tertentu; seperti banyak aspek ekonomi, faktor-faktor ini tidak akan lepas dari perdebatan.
1. Perbedaan Angka Inflasi
Secara umum, sebuah negara dengan tingkat inflasi yang konsisten lebih rendah menunjukkan peningkatan nilai mata uang, sebagaimana daya belinya relatif meningkat terhadap mata uang lainnya. Selama paruh terakhir abad kedua puluh ini, negara-negara yang inflasinya rendah adalah termasuk Jepang, Jerman dan Swiss, sedangkan Amerika Serikat dan Kanada mencapai inflasi yang rendah kemudian. Negara-negara dengan inflasi yang lebih tinggi biasanya akan mengalami depresiasi pada mata uang mereka jika dibandingkan dengan mata uang mitra dagang mereka. Hal ini juga biasanya disertai dengan tingkat suku bunga yang lebih tinggi.
2. Perbedaan pada Suku Bunga
Suku bunga, inflasi dan nilai tukar sangat berkorelasi satu sama lain. Dengan memanipulasi suku bunga, bank sentral, dalam hal ini Bank Indonesia, memiliki pengaruh terhadap inflasi dan nilai tukar sehingga mengubah tingkat suku bunga berdampak pada perubahan inflasi dan nilai mata uang. Suku bunga yang lebih tinggi menawarkan keuntungan lebih bagi kreditur (pemberi pinjaman) relatif lebih tinggi ketimbang negara-negara lain. Oleh karena itu, suku bunga yang lebih tinggi menarik modal asing dan menyebabkan nilai tukar naik. Tentu ini juga berlaku sebaliknya, yakni suku bunga yang lebih rendah cenderung menurunkan nilai tukar. Namun, dampak baik dari suku bunga yang lebih tinggi ini kurang berarti, jika inflasi di dalam negeri jauh lebih tinggi dari pada negara lain, atau jika faktor lain yang menjadi pendorong nilai mata uang turun
3. Defisit Akun Berjalan
Transaksi berjalan adalah neraca perdagangan antara negara dan mitra dagangnya yang merupakan semua pembayaran antar negara untuk barang, jasa, bunga dan dividen. Defisit transaksi berjalan menunjukkan negara ini menghabiskan lebih banyak dana pada perdagangan luar negeri daripada pendapatannya, dan karena itu harus meminjam modal dari sumber-sumber asing untuk menutupi defisit.
Dengan kata lain, negara membutuhkan lebih mata uang asing dari yang diterimanya melalui penjualan ekspor, dan memasok lebih dari mata uang sendiri daripada permintaan mata uang asing untuk produk-produknya. Kelebihan permintaan untuk mata uang asing menurunkan nilai tukar mata uang dalam negeri. Penurunan ini akan terjadi terus sampai barang dan jasa domestik sudah dianggap cukup murah untuk orang asing, dan aset asing terlalu mahal untuk dijual demi kepentingan dalam negeri.
4. Utang Publik
Negara akan terlibat dalam pembiayaan defisit besar-besaran untuk membayar proyek-proyek sektor publik dan pendanaan pemerintah untuk merangsang ekonomi domestik. Sementara, faktanya, negara-negara dengan defisit publik dan utang yang besar kurang menarik bagi investor asing. Alasannya? Sebuah utang besar mendorong inflasi, dan jika inflasi tinggi, utang tak akan dibayar seketika dan akhirnya terbayar dengan dolar nyata lebih murah di masa depan.
Dalam skenario terburuk, pemerintah mungkin mencetak uang untuk membayar sebagian dari hutang yang besar, tetapi meningkatkan jumlah uang beredar pasti menyebabkan inflasi. Apalagi, jika pemerintah tidak dapat mengatasi defisit melalui cara-cara dalam negeri (menjual obligasi dalam negeri, meningkatkan jumlah uang beredar), maka harus meningkatkan pasokan penjualan sekuritas asing, sehingga menurunkan harga mereka. Akhirnya, utang besar dapat menimbulkan kekhawatiran bagi orang asing, yakni ketika mereka percaya bahwa negara berisiko men-default (memutihkan) utang-utangnya. Orang asing akan kurang bersedia untuk memiliki surat berharga dalam mata uang dalam negeri jika risiko defaultnya besar. Untuk alasan ini, peringkat utang negara (sebagaimana ditentukan oleh Moody atau Standard & Poor, misalnya) adalah penentu penting dari nilai tukar.
5. Ketentuan Perdagangan
Sebagai rasio yang membandingkan harga ekspor dan impor, ketentuan perdagangan yang terkait dengan rekening giro dan neraca pembayaran. Jika harga ekspor suatu negara meningkat dengan tingkat yang lebih besar daripada impornya, Ketentuan perdagangannya baik dan menguntungkan. Peningkatan ketentuan perdagangannya menunjukkan permintaan yang lebih besar untuk ekspor negara itu. Hal ini, pada gilirannya, menyebabkan meningkatnya pendapatan dari ekspor, yang menyediakan peningkatan permintaan untuk mata uang negara (dan peningkatan nilai mata uang). Jika harga ekspor naik dengan tingkat yang lebih kecil daripada impornya, nilai mata uang akan menurun secara relative terhadap negara mitra dagang.
6. Stabilitas Politik dan Kinerja Ekonomi
Investor asing pasti mencari negara yang stabil dengan kinerja ekonomi yang kuat di mana untuk menanamkan modalnya. Sebuah negara dengan situasi positif seperti itu akan menarik dana investasi daripada negara-negara lain yang dianggap memiliki resiko politik dan ekonomi. Kekacauan politik, misalnya, dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan terhadap mata uang dan pergerakan modal beralih pada mata uang dari negara-negara yang lebih stabil.
Kesimpulan
Nilai tukar mata uang merupakan faktor dalam portofolio investasi menentukan imbal hasil riil dari portofolio tersebut. Nilai tukar menurun jelas mengurangi daya beli pendapatan dan keuntungan modali. Selain itu, pengaruh nilai tukar mempengaruhi faktor pendapatan lainnya seperti suku bunga, inflasi dan bahkan keuntungan modal dari surat berharga domestik. Sementara nilai tukar ditentukan oleh berbagai faktor yang kompleks yang sering membuat para ekonom paling berpengalaman bingung, investor harus masih memiliki beberapa pemahaman tentang bagaimana nilai mata uang dan nilai tukar memainkan peran penting dalam tingkat pengembalian investasi mereka.(*)
Artikel ini aslinya berjudul 6 Factors That Influence Exchange Rates yang terbit di investopedia.com
1 Comment
Comments are closed.
Banyak juga yang bikin perubahan kurs ya. Bisa beresin gak nih Jokowi JK?