- May 18, 2015
- Posted by: Admin PPPI
- Category: Education
JAKARTA— Apa saja yang memengaruhi tingkat kehadiran guru di sekolah? Program Kemitraan untuk Pengembangan Kapasitas dan Analisis Pendidikan (ACDP) punya jawabannya. Itu adalah sinyal telepon selular.
Apakah cuma itu? “Guru-guru banyak yang malas bolos, jika di sekolah iu ada sinyal ponsel, memiliki kamar kecil dan listrik,” ujar konsultan ACDP yang juga peneliti Pusat Penelitian Kebijakan Paramadina Public Policy Institute, Totok A Soefijanto, dalam acara diskusi Manajemen Guru di Jakarta, Rabu (13/5/2015).
Aspek lain yang berpengaruh pada kehadiran guru, adalah kehadiran kepala sekolah. ACDP berpendapat sekolah yang tidak memiliki kepala sekolah memiliki ketidakhadiran guru yang sangat tinggi.
“Kehadiran kepala sekolah sangat penting terutama di sekolah terpencil.”
Penyumbang lain, sekolah yang melibatkan komite sekolah dalam memantau anggaran sekolah dan dalam menghubungkan orangtua siswa dan sekolah, memiliki tingkat kehadiran guru yang tinggi.
Sedangkan, keterlibatan komite sekolah dalam memantau prestasi murid justru kehadiran guru sangat rendah atau tingkat ketidakhadiran guru tinggi.
“Sekolah yang memiliki fasilitas banyak dan lebih baik memiliki tingkat ketidakhadiran guru yang lebih rendah,” tambah dia.
Tingkat ketidakhadiran guru yang tertinggi terdapat di Kalimantan dengan persentase 14,1 persen, disusul Bali dan Nusa Tenggara dengan persentase 14 persen, serta Papua dan Maluku 11,6 persen.
3 Kriteria
Ketidakhadiran guru di kelas yang paling tingg terdapat di Sumatera yakni 17,4 persen kemudian Jawa 13,4 persen, Bali, dan Nusa Tenggara 12,5 persen.
Studi ketidakhadiran guru di Indonesia tersebut tercantum dalam laporan ACDP pada 2014.
Kasubdit Pendidikan Tinggi Bappenas, Amich Alhumami, mengatakan terdapat tiga kriteria kehadiran guru yakni guru yang datang dan mengajar di kelas, kemudian guru yang hadir tapi tak mengajar di kelas, dan guru yang hadir tapi tidak masuk kelas.
Menurut Alhumami, untuk meningkatkan kualitas guru harus dimulai dari seleksi awal yakni Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan (LPTK).
“Tapi sayangnya, sampai saat ini masih sangat sedikit lulusan terbaik SMA yang masuk LPTK, di antaranya UNJ dan lain-lain,” katanya.
Lulusan terbaik SMA lebih banyak yang menyukai melanjut pendidikan di teknik ataupun perguruan tinggi yang bukan keguruan. Padahal, guru seharusnya lulusan terbaik dari sekolahannya karena mendidik anak-anak bangsa.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.