Pendidik Yang Hebat

Fatchiah Kertamuda 

Proses mencetak pemimpin dari generasi tersebut harus dimulai dari pendidikan. Pendidikan merupakan inti dari suatu proses untuk meraih apa yang dicita-citakan. Proses yang terus menerus, berkesinambungan dan konsisten akan memberikan model atau contoh bagi generasi selanjutnya.

Fokus utama dalam pendidikan tidak lain adalah peran penting seorang pendidik atau guru. Apa yang menjadi cita-cita bangsa dan negara ini akan dapat terwujud jika sosok pendidik itu menjadi pusat yang harus ‘dibenahi’ dan ‘dilatih’ agar dapat mewujudkan generasi hebat. Generasi hebat dimulai dari sosok pendidik yang dengan hati, keikhlasan, kasih sayang serta pengabdian yang tiada putus.

Untuk itu perlu perhatian penting dari pemangku kebijakan di negara ini agar sosok pendidik yang menjadi kunci terbentuknya pemimpin dari generasi penerus. Mau tidak mau, perlu ada perombakan yang massive dari berbagai hal untuk kepentingan guru.

Profesi pendidik atau guru sudah waktunya untuk perlu diangkat sedemikian rupa sehingga dapat setingkat dengan profesi lain seperti dokter. Pendidik yang hebat adalah pendidik yang mampu menciptakan banyak kesempatan bagi peserta didiknya untuk belajar dengan guru dan teman sebayanya bersama-sama.

Selain itu, dia juga selalu memantau perspektif, pemikiran dan perasaan siswa-siswanya dengan melakukan interaksi satu sama lain. Untuk menjadi seorang guru, selain empat kompetensi yang harus dimilikinya, pendidik juga diharuskan untuk memiliki kemampuan mengelola kelas.

Pengelolaan kelas merupakan faktor utama agar kelas dapat berjalan lancar dan siswa akan aktif dalam proses pembelajaran. Pendidikan yang hebat harus pandai me-manage atau mengelola kelas secara efektif sehingga dapat memaksimalkan kesempatan pembelajaran bagi siswa-siswanya. Terdapat dua pandangan terkait dengan mengelola kelas.

Mengelola kelas menurut pandangan lama, menekankan pada penciptaan dan pengaplikasian aturan untuk mengontrol tingkah laku siswa. Sedangkan pandangan baru lebih menekankan kepada kebutuhan siswa untuk mengembangkan hubungan dan kesempatan untuk menata diri. Di sini peran guru lebih kepada pembimbing, koordinator dan fasilitator.

Pandangan baru ini lebih dapat mengarah pada perhatian regulasi diri siswa, tetapi tetap dalam pemantauan dan peng-amatan seorang pendidik.

Seiring dengan prinsip teori konstruktivisme yang menekankan agar individu atau siswa secaara aktif dapat menyusun dan membangun pengentahuan dan pemahamannya, peran pendidik tidak hanya sekedar memberi informasi ke pikiran anak, akan tetapi harus mendorong anak untuk mengeksplorasi dunia mereka, menemukan pengetahuan, merenung, dan berfikir secara kritis (Santrock, 2007).

“Tell me and I forget, teach me and I may remember, involve me and I learn.” (Benjamin Franklin). Ini menunjukkan bahwa jika dalam proses pembelajaran, perlu ketrampilan-ketrampilan agar anak didik dapat benar-benar belajar. Tidak hanya menyampaikan dan mengajarkan materi yang dapat dengan mudah ‘lenyap’dan terlupakan, akan tetapi dalam proses pembelajaran pendidik yang hebat akan dapat melibatkan anak didiknya.

Hal ini akan membuat seorang anak mempunyai pengalaman untuk melakukan suatu aktivitas dan dia akan belajar dari pengalamannya tersebut. Bila dilihat, begitu besar dan penting peran seorang pendidik untuk dapat menciptakan sosok generasi penerus yang dapat ‘membawa’ negara ini menjadi lebih baik dan mencapai tujuan bangsa di antaranya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

Oleh karena itu, pihak berwenang sudah sepantasnya untuk mengangkat citra pendidik. Namun, memang tantangan di negeri ini adalah proses seseorang untuk menjadi guru masih belum seketat yang seharusnya. Standar seleksi penerimaan calon mahasiswa yang hendak menjadi guru sama dengan penerimaan untuk profesi lainnya.

SELEKSI KETAT

Pendidik sebagai satu profesi yang sangat penting dalam menentukan arah dari negara ini sudah sepatutnya harus diawali dengan seleksi ketat dalam proses penerimaan calon gurunya. Kualitas calon pendidik akan menentukan kualitas generasi penerus di masa mendatang.

Hasil studi Paramadina Public Policy Institute-ProRep USAID yang dilakukan di empat Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) menunjukkan bahwa proses input untuk menjadi mahasiswa program pendidikan tidak berbeda atau sama dengan proses penerimaan mahasiswa pada umumnya.

Salah satu yang membentuk seseorang menjadi pendidik yang hebat berawal dari seleksi ketat untuk menjadi seorang pendidik. Profesi pendidik tentunya perlu untuk memiliki standar khusus dalam proses penerimaan mahasiswa calon guru dibanding ilmu lain.

Standar tersebut hendaknya mengacu pada empat kompetensi guru yaitu kompetensi pedagogic, kompetensi professional, kompetensi pribadi dan kompetensi sosial. Namun, input saja belum cukup, perlu dilengkapi dengan proses ‘penempaan’ dari institusi yang mendidiknya.

Untuk itu penting meningkatkan image sosok seorang pendidik melalui peningkatan kualitas setiap pendidik dan hal tersebut dimulai dari siapa calon guru tersebut. Saat ini, menjadi guru merupakan pilihan alternatif. Sehingga tidak dapat disalahkan jika hasil pendidikan yang diberikan juga belum optimal. Untuk itu pentingnya dimulai dari kualitas pendidik yang kelak akan mencerminkan kualitas pendidikan kita.

Jika ditinjau dari sudut pandang psikologisnya, bahwa karakter seorang pendidik tidak hanya sekedar memiliki pengetahuan saja akan tetapi harus menguasai beragam perspektif dan strategi agar dapat mengaplikasikan ilmunya secara tepat.

Dalam proses pendidikan, pendidik adalah hal penting, sehebat dan sebagus apapun kurikulum yang dimiliki jika pendidiknya tidak mampu menjalankan dan melaksanakan dengan ‘hati’, maka akan berdampak kepada hasil yang ingin dicapai.

Sekolah yang baik akan memiliki pendidik yang hebat, pendidik yang mampu memberikan inspirasi kepada siswa-siswanya. Pendidik yang memiliki karakter baik serta mampu memberikan motivasi bagi orang-orang yang ada di sekitarnya.

Untuk menjadi pendidik yang hebat, selain penguasaan kompetensi, juga harus memiliki passion dan mau mengabdikan dirinya dan ilmunya untuk siswa-siswa yang dididiknya. Pentingnya kerjasama, motivasi, role model yang tepat agar dapat menciptakan pendidik-pendidik yang hebat di negeri ini untuk mencetak generasi penerus yang mumpuni.

*) FATCHIAH E. KERTAMUDA, Dosen Psikologi Universitas Paramadina Jakarta, Peneliti Paramadina Public Policy Institute

Artikel ini telah dipublikasikan di Bisnis.com