Meningkatkan Dana Pembinaan Olahraga Nasional Melalui Insentif Pajak Bagi Swasta dan Atlet

Olahraga dan Identitas Bangsa

Sepanjang tiga dasawarsa terakhir ini olahraga diyakini berperan besar dalam proses globalisasi dan dalam  regenerasi identitas lokal, nasional dan regional dari suatu masyarakat/bangsa (Nauright, 2004). Lippe (2002) & Horne (2006)  menyatakan bahwa dengan olahraga keberadaan suatu bangsa dihadirkan secara global pada dunia.

Kehadirannya melalui kibaran bendera suatu negara, diperdengarkannya lagu kebangsaan, para negarawan yang hadir dalam  pertandingan, serta para atlet yang berkompetisi dengan menghadirkan simbol-simbol negaranya dan bentuk positif nasionalisme dan rasa bangga berbangsa. Sehingga, seolah-olah negara yang lahir dari keyakinan kolektif suatu komunitas itu sungguh-sungguh memiliki wujud.

Bangsa Indonesia mengenal Lim Swie King, Ellyas Pical, Mardi lestari,  dan Richard Sambera. Nama mereka seakan memberikan ruh kemenangan dan menjadi ikon olahraga tanah air. Mereka adalah milik bangsa, kebanggaan bangsa, dan identitas bangsa Indonesia di kancah olahraga dunia.

Ketika mereka bertanding, mereka membawa harapan bagi bangsa Indonesia menjadi juara, untuk berkumandangnya lagu Indonesia Raya dan berkibarnya bendera merah-putih di podium juara. Predikat tersebut memberikan pengaruh positif dan  membentuk suatu citra positif bagi bangsa Indonesia yang berujung pada terbentuknya mental bangsa menjadi bangsa yang unggul.

Olahraga dan Kinerja Ekonomi

Di banyak negara, olahraga ternyata bukan saja merupakan aktifitas yang memberikan manfaat intangible bagi bangsa, tetapi ketika dikelola dengan baik, oleh raga akan menjelma menjadi industri yang mampu mempekerjakan ribuan tenaga kerja serta menjadi sumber pendapatan pajak bagi pemerintah.

Di Amerika Serikat, misalnya, olahraga merupakan industri ke-11 terbesar, dengan nilai ekonomi sebesar USD 152 milyar (Luis, 2010). Nilai tersebut belum memperhitungkan efek multiplier yang ditimbulkannya. Apa yang terjadi di Amerika nampaknya mulai diikuti oleh berbagai negara di Eropa serta Australia.

Ketika kita sedang membangun moral bangsa melalui prestasi olahraga, sebenarnya kita juga sedang membangun ekonomi kita.

Prestasi Olahraga Indonesia

Beberapa dekade yang lalu, potret olahraga bangsa Indonesia pernah mengalami masa keemasan. Cabang sepakbola misalnya, pada masa itu, seluruh bangsa Indonesia mendukung kesebelasan kebanggaan, tim nasional sepakbola Indonesia.

Masyarakat berbondong-bondong menyaksikan dan mendukung tim kesayangannya melawan tim dari negara lain. Para penontonnya pun terhitung cukup banyak, lengkap dengan atribut kebanggaan nasional, bendera merah-putih, baik yang dikibarkan maupun dalam bentuk ikat kepala, bandana dan lain-lain. Suara riuh yel-yel penyemangat, berkumandang sepanjang pertandingan. Pada masa tersebut, momen olahraga berhasil menjadi sarana efektif dalam mempersatukan bangsa.

Kini, kondisi olahraga nasional semakin memprihatinkan seiring dengan terpuruknya prestasi di level regional maupun internasional. Keterlibatan dan prestasi Indonesia di pentas olahraga baik Asia maupun dunia semakin mengalami kemunduran.

Sejak SEA Games Thailand (1995), prestasi Indonesia sudah menunjukkan tanda-tanda penurunan. Trend tersebut terus berlanjut pada SEA Games Malaysia (2001), SEA Games Filipina (2003), SEA Games Vietnam (2005), dan terakhir SEA Games Nakhon Ratchasirna, Thailand (2007), Dalam empat SEA Games terakhir itu, baik dari sisi peringkat maupun dari perolehan jumlah medali (emas), prestasi Indonesia  tidak pernah beranjak naik kembali.

Pada tingkat Asia, prestasi Indonesia sejak tahun 1998 di Bangkok hingga 2006 di Qatar, juga menunjukkan penurunan yang konsisten, terutama jika dibandingkan dengan prestasi yang diraih oleh negara-negara tetangga. Grafik peringkat Asian Games sejak tahun 1982 terus menunjukkan penurunan prestasi yang konstan, sementara Thailand dan Malaysia menunjukkan prestasi yang stabil, bahkan tren yang membaik.

Pada cabang olahraga bulutangkis pun Indonesia mengalami kemunduran.  Sejak tahun 2002, Indonesia tidak pernah lagi memenangkan Piala Thomas. Kondisi yang sangat jauh menurun dibanding era  tahun 1960 – 1980, dimana kita langganan juara Thomas Cup, bahkan beberapa kali berhasil menyandingkan piala Thomas dan Uber.

Kemunduran prestasi tersebut nampaknya terjadi secara hampir merata diberbagai cabang olahraga. Banyak argumen yang menyebutkan apa penyebab keterpurukan prestasi kita ini. Mulai dari belum adanya program pembinaan atlet yang komprehensif berskala nasional, kekurangan fasilitas olahraga, rendahnya kualitas sistem kompetisi di tanah air, hingga minimnya pendanaan terhadap kegiatan olahraga.

Apakah prestasi Indonesia yang terus turun ini akan berpengaruh pada kehidupan berbangsa dan bernegara? Jawabannya adalah ya. Walaupun sulit untuk mengukur secara kuantitatif dampak tersebut, tetapi paling tidak Schults mengatakan bahwa  mental pesimis lahir dari lingkungan dan kondisi yang pesimis (Schultz & Schultz, 2006).

Suatu konsep psikologi yang terkenal yaitu self-fulfilling prophecy berlaku pada kondisi ini. Self-fulfilling prophecy merupakan kondisi ketika harapan menciptakan suatu realitas (Baron. Branscombe. & Byrne, 2008). Jika dikaitkan dengan kondisi diatas, harapan yang pesimis akan kemenangan akan menciptakan suatu realitas yang pesimis terhadap kemenangan yang pada akhirnya menciptakan suatu mental yang pesimis.

Jika kondisi ini berlanjut dalam waktu yang panjang, maka yang terjadi adalah makin suramnya masa depan olahraga di Indonesia. Upaya memperbaiki prestasi olahraga di tanah air merupakan salah satu faktor penting untuk membangkitkan mental juara.

Pentingnya Membangun Prestasi Olahraga

Bercermin dari betapa olahraga berperan dalam pembentukan identitas bangsa (Lippe, 2002) serta regenerasi sosial dan  ekonomi (Horne, 2006), maka diperlukan perhatian lebih serius dalam membangun prestasi olahraga Indonesia. Apabila olahraga di Indonesia maju dan mampu meraih prestasi  pada berbagai kompetisi internasional maka akan membangun karakter dan kepercayaan diri sebagai bangsa. Di sisi lain, secara ekonomi prestasi ini akan merupakan langkah maju dalam membangun industri olahraga di tanah air.

Download Bagian berikutnya

Bagian 2
Faktor Penurunan Prestasi

Bagian 3
Membangun Prestasi Olahraga

Bagian 4
Kerangka Konseptual
{filelink=2}

{filelink=3}



Author: Admin PPPI
Research, News, and Information Updates from Paramadina Public Policy Institute

Leave a Reply